Kompor Tanah Liat/Anglo
Prinsip pemakaian anglo sama seperti tungku batu sederhana, hanya saja dibuat ruang di bagian bawah untuk menampung abu sisa pembakaran bahan bakar padat, seperti arang atau batu bara. Di bagian atas anglo diberi tonjolan untuk meletakkan periuk, dandang , atau panci. Anglo dapat difungsikan pula sebagai alat pembakar dengan di bagian atasnya diletakkan tumang, tungku.
Tungku anglo telah dikenal sejak lama di Nusantara. Kerajaan Majapahit, yang terkenal dengan penguasaan teknologi terakota yang tinggi, memiliki peninggalan berupa anglo yang berhias ukiran.
Anglo
untuk memasak berukuran sedang atau besar
Anglo
adalah jenis alat memasak lain selain dhingkel. Anglo juga disebut tungku yang
terbuat dari tanah liat. Alat memasak ini masih sering digunakan oleh
masyarakat Jawa hingga saat ini, walaupun jumlah penggunanya terus berkurang
Anglo dibuat secara
tradisional oleh perajin gerabah, yang hingga saat ini masih banyak dijumpai di
sejumlah desa di Jawa, termasuk di sentra-sentra gerabah seperti desa Kasongan
dan desa Pundong Bantul. Sebagian perajin perorangan juga masih memproduksi. Mereka
memproduksi anglo dan peralatan memasak lain dari gerabah biasanya mewarisinya
secara turun-temurun.
Bentuk tubuh anglo biasanya berbentuk silinder.
Bagian atas berbentuk bundar, dan ada bagian yang menonjol di tiga tempat yang
berfungsi sebagai landasan alat memasak (kwali, panci, dsb). Di sela-sela
bagian yang menonjol itu berfungsi sebagai ruang bagi aliran udara dan api dari
lubang bawah.
Ukuran anglo bermacam-macam, ada yang besar dan kecil,
disesuaikan dengan alat tempat masak. Ada ukuran anglo dengan tinggi badan 21
cm, lingkar tengah 28 cm dan lebar mulut anglo 11 cm. Ada juga yang berukuran
lebih kecil dan besar. Untuk memasak malam, yaitu bahan dalam proses membatik,
membakar dupa atau lainnya, biasanya memakai anglo ukuran kecil. Untuk memasak
dengan memakai kwali, tentu perlu menggunakan anglo ukuran besar.
Kelebihan lainnya penggunaan anglo, adalah ketika bara api
telah menyala stabil, bisa ditinggal dan “disambil” mengerjakan pekerjaan lain,
seperti “memarut” (mengukur kelapa), mengiris bumbu dan lainnya. Baru ketika
arang sudah banyak menjadi abu, bisa ditambah lagi dengan arang. Jika masih ada
nyala bara api, biasanya tidak perlu dikipasi lagi. Sesaat kemudian, arang
sudah akan terbakar sendiri.
Yang perlu dicatat, penggunaan anglo tidak ada hubungannya
dengan hari-hari tertentu dan tidak ada pantangan-pantangannya. Siapapun boleh
menggunakan anglo.
Memasak menggunakan anglo adalah
masih menjadi tradisi di desa-desa kecil seperti di jawa dan lombok, nenek
moyang kita dulu juga masih menggunakan anglo atau kompor dari tanah liat untuk
memasak nasi, menggoreng lauk pauk dan masih banyak lagi kegunaan atau fungsi
dari anglo.
Komentar
Posting Komentar